::: POFFERTJES :::

BAHAN :
150 gr tepung terigu
1 sdt baking powder
1 sdt ragi instan
200ml susu cair
2 butir telur kocok lepas
1/2 sdt vanila bubuk
1/4 sdt garam halus

CARA MEMBUAT :

Campurkan bahan aduk hingga rata, diamkan selama 30 menit
Masukkan 1 sdm mentega cair kedalam adonan
Bahan siap dimasak dg cetakan yg sudah panas diatas api kecil
Jangan lupa cetakan dipanasi terlebih dahulu dan balik poffertjes dengan bantuan tusuk sate
Dibolak balik begitu kulitnya 1/2 matang, bila ingin kering  api bisa dibesarkan setelah kulit sudah berbentuk bola
1 resep ini bisa jadi 28 poffertjes.. sajikan dg gula halus dan taburan kayu manis..
yummmmy......













::: Sebuah Sharing :::

Suatu hari pak tua didatangi seorang pemuda yang sedang dirundung masalah tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya.

Pak tua hanya mendengarkan dengan seksama, lalu Ia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan, "Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya ", ujar pak tua "Pahit, pahit sekali ", jawab pemuda itu sambil meludah ke samping Pak tua itu tersenyum, lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga belakang rumahnya.

Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampai ke tepi telaga yg tenang itu. Sesampai disana, Pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu, dan dengan sepotong kayu ia mengaduknya. "Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah." Saat si pemuda mereguk air itu, Pak tua kembali bertanya lagi kepadanya, "Bagaimana rasanya ?" "Segar", sahut si pemuda. "Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu ?" tanya pak tua "Tidak, " sahut pemuda itu Pak tua tertawa terbahak-bahak sambil berkata: "Anak muda, dengarkan baik-baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnyapun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yg kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yg kamu dapat lakukan; Lapangkanlah dadamu menerima semuanya itu, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu". Pak tua itu lalu kembali menasehatkan:

Hatimu adalah wadah itu;

Perasaanmu adalah tempat itu;

Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya.


Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yg mampu menampung setiap kepahitan itu, dan merubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian. Karena Hidup adalah sebuah pilihan, mampukah kita jalani kehidupan dengan baik sampai ajal kita menjelang? Belajar bersabar menerima kenyataan adalah yang terbaik.